Rabu, 13 November 2013

[Dewata] Cinema Poetica : Nasionalisme dalam Di Timur Matahari

Kulit hitam, rambut keriting, aku Papua.....’

 Cuplikan lagu tersebut merupakan salah satu lirik lagu aku papua yang dinyanyikan di dalam film di timur matahari yang digarap oleh Alenia Pictures. Film yang dibuat di daerah yang bernama Tiom, 4 jam dari Wamena, bercerita mengenai isu nasionalisme di daerah Papua. Di timur matahari tidak hanya berbicara mengenai nasionalisme arkais, namun juga menggali lebih dalam mengenai isu humanisme.

Film di timur matahari dirilis pada tanggal 12 juni 2012 dan disutradarai oleh Ari Sihasale.Mazrur adalah seorang anak yang menantikan kedatangan guru setiap hari. Mazrur memiliki sahabat yaitu Thomas, Yokim, Agnes dan Suryani. Karena guru tidak pernah datang, kelima anak ni mencari pengetahuan lewat alam dengan bantuan Bapak Pendeta Samuel, ibu dokter Fatimah, om ucok dan om jolex. Sebuah kejadian yaitu terbunuhnya ayah Mazrur (Blasius) oleh ayah Agnes menjadi titik awal terjadinya perang antar kampung. Michael yang merupakan adik Blasius dan berdomisili di jakarta segera kembali ke Papua bersama Vina, istrinya untuk menyelesaikan masalah ini. Namun ternyata realitanya tidak semudah itu karena adik Michael, yaitu Alex, menentang semua pemikiran modern Michael dan beranggapan bahwa perang adalah satu-satunya jalan keluar. Orang dewasa bisa bertikai namun tidak bagi Mazrur dan sahabat-sahabatnya. Walaupun kampung mereka bermusuhan, mereka tetap bersahabat dan berusaha mendamaikan kedua kampung ini.

Salah satu adegan yang paling menggugah adalah saat perang antar suku terjadi, terdapat dokter yang memiliki idealisme bahwa dia tidak akan mau mengobati korban perang. Di saat yang bersamaan, korban perang tersebut adalah ayah dari anak-anak yang meminta nyawa orangtua mereka untuk diselamatkan. Adegan ini menjadi suatu hal yang sangat dilematis karena kita dihadapkan dengan pilihan mengenai mempertahankan idealisme dengan isu humanisme.

Isu pendidikan di Papua muncul di awal sebagai premis cerita. Cerita berkembang dengan eksplorasi kondisi ekonomi, konflik sosial, dan individu. Selama ini, kita hanya mengenal Papua dari pemberitaan-pemberitaan di media massa namun tidak sepenuhnya memahami mengenai peristiwa yang sebenarnya terjadi di tanah Papua. Melalui di timur matahari kita diajak mengenal Papua lebih dekat dan konflik-konflik yang terjadi di sana. Hal yang paling kontras dari film ini adalah mengenai kesenjangan pembangunan antara pulau Jawa dengan Papua. Dimana pembangunan di Papua belum merata dan harga barang-barng yang melambung tinggi di Papua. Selain, itu masyarakat Papua sangat memegang teguh hukum adat dan diperlihatkan dalam salah satu adegan saat suami meninggal maka sang istri harus memotong jarinya.




Setelah dilakukan screening flm, acara dilanjutkan dengan bedah film bersama dua aktor yang berperan dalam film di timur matahari yaitu Lukman Sardi dan Michael. Lukman Sardi dan michael bercerita seputar peran yang mereka lakoni dan realitas yang sesunggahnya terjadi di sekitar lokasi shooting. Lukman Sardi menuturkan bahwa sesungguhnya masyarakat Papua menerima dengan tangan terbuka pendatang yang menginjakkan kaki ke tanah Papua. Michael menegaskan bahwa saat mereka pertama kali datang ke daerah Tiom, masyarakat saat antusias menyambut mereka dan berkata ‘Terimakasih telah mau menginjakkan kaki di tanah yang becek ini’. Michael juga menuturkan bahwa dia selalu menanamkan dalam beaknya bahwa dia adalah anak timur ujung bumi yang merupakan suatu panggilan agar dia selalu ingat dengan Papua. Menurut Michael, terdapat sebuah paradigma bahwa adalah suatu hal yang aneh apabila ada salah seorang anak Papua yang berkata bahwa dia mencintai Indonesia. Karena selama ini, masyarakat Papua merasa dianaktirikan oleh pemerintah Indonesia.

Hal yang dapat dipetik dari film ini adalah, setelah kita selesai menuntut ilmu di negara lain, kembalilah ke daerah-daerah di Indonesia dan kembangkan potensi daerah untuk membangun Indonesia. Saat ini, Indonesia sedang membutuhkan sosok pemimpin yang dapat mengayomi seluruh lapisan masyarakat. Diharapkan bahwa kita dapat menyerap ilmu dan pengalaman sebanyak-banyaknya dan kembali untuk menjadi pemimpin yang dapat mewujudkan pemerataan pembangunan di Indonesia. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar